Penulis: Prof Dr Khairunnas Rajab.

Catatan pinggir yang dipenggal dari sambutan Anregurutta Prof Dr KH Nasaruddin Umar tentang mengibliskan malaikat dan memalaikatkan iblis. Memaknai kata yang sarat nilai moral itu tidak dapat diabaikan mengingat keinginan luhur memperbaiki bangsa dan negara harus terus dilanjutkan.

Iblis adalah makhluk Tuhan yang mengingkari perintah untuk bersujud kepada Adam yang diciptakan dari tanah. Iblis merasa lebih hebat karena penciptaannya dari api. 
Tanah memang tidak seperti api yang menerangi dalam kegelapan. Tanah juga tidak berkarakter halus seperti api. 

Api halus membahana yang kecil bisa jadi kawan, tetapi ia bisa membesar jadi lawan. Api adalah panas yang bisa membakar dan meluluhlantakkan kehidupan sekejab mata ketika ia membesar.

Tanah berkarakter kehidupan sebagai dinamis. Tanah meredhai makhluk hidup bergerak leluasa di atasnya. Tanah memberi kehidupan yang bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan makhluk di bumi. Tanah menerima takdirnya untuk ditanami yang menyuburkan. Tanah mengikhlas dirinya diinjak pada maqam terendah "aspala sapiliin". Namun demikian tanah juga bisa jadi bengis dan enggan memberikan kehidupan kepada makhluk sehingga ia jadi kering kerontang dan menghempaskan.

Api maupun tanah keduanya adalah makhluk Tuhan yang bermanfaat bagi kehidupan makhluk. 
Iblis yang tercipta dari api dan Adam diciptakan dari tanah; keduanya adalah makhluk Tuhan yang sama-sama ciptaan, seharusnya kedua makhluk itu bisa hidup dengan ketaatan kepada Tuhannya. Tetapi keangkuhan menutup dengan argumen bahwa iblis akhirnya menolak bersujud.

Berbeda dengan iblis, malaikat yang juga diciptakan dari api memilih untuk taat kepada Rabbnya.
Iblis dengan angkuhnya memilih jalan lain bersimpang untuk menyeruh melawan perintah Tuhannya, sementara malaikat memilih untuk taat sampai kiamat. 
Malaikat adalah makhluk statik yang bekerja sesuai perintah dan berkhidmat sepanjang masa, lain dengan iblis yang akan terus menggoda manusia supaya bermaksiat pada Tuhannya. 

Manusia yang memiliki kecenderungan untuk fujr dan taqwa adalah peluang disesatkan. 
Manusia berhak mengikuti pilihan menjadi baik ataupun menjadi buruk.

Manusia memiliki struktur kepribadian dengan kompinen aqal, qalbu, dan nafs. Tiga komponen yang melekat pada diri setiap insan itulah yang mendorong menyifati malaikat atau mengikuti iblis. Pilihan dengan pengendali aqal, qalbu, dan nafs kemudian menjadi manusia itu baik atau sebaliknya jahat.

Manusia bisa terhormat dan fiy ahsani taqwim ataupun berada pada tempat yang paling rendah, asfala safiliin. 
Manusia bisa saja berperilaku seperti malaikat atau bertahan dengan sifat iblis yang jahat. Ini semua karena kanusia dibekali potensi fujr dan taqwa. Sedangkan malaikat tetaplah nalaikat dan iblis tetaplah iblis, mustahil memaksakan iblis jadi malaikat dan sebaliknya memalaikat iblis Semoga bermanfaat.