Penulis : Putri Vania Candrakanti.
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang.

Suaramuda.com - Kehamilan adalah salah satu momen terpenting dalam kehidupan seorang wanita, namun tidak jarang juga menjadi periode yang penuh tantangan, baik secara fisik maupun mental. Perubahan hormon, tekanan fisik, serta ekspektasi sosial dan pribadi sering kali dapat memengaruhi kesehatan mental Ibu hamil. Fenomena ini menjadi perhatian penting, mengingat dampaknya yang tidak hanya dirasakan oleh Ibu, tetapi juga dapat berpengaruh pada perkembangan janin.

Dampak Kesehatan Mental pada Ibu Hamil
Pada masa kehamilan, Ibu hamil bisa mengalami berbagai gangguan kesehatan mental, mulai dari stres, kecemasan, hingga depresi. Hormon-hormon yang berfluktuasi selama kehamilan, seperti estrogen dan progesteron, dapat memengaruhi suasana hati dan emosi. Tidak jarang Ibu hamil merasa cemas tentang masa depan, persalinan, atau kesiapan mereka menjadi orang tua. Kekhawatiran akan kesehatan janin dan perubahan fisik yang terjadi selama kehamilan juga bisa menyebabkan stres. Menurut penelitian, sekitar 10 hingga 20 persen Ibu hamil mengalami depresi pre-birth, yang sering kali tidak terdiagnosis atau tidak mendapatkan perawatan yang memadai. Depresi yang dianggap bukan masalah serius, dan diabaikan akan berakibat pada kelahiran secara prematur, dan mengakibatkan berat badan bayi saat lahir rendah, serta berakibat pada ganguan perkembangan. Oleh karena itu, menjaga kesehatan mental Ibu hamil sangat penting, tidak hanya untuk kesejahteraan Ibu, tetapi juga untuk kesehatan janin.
Mengapa Menjaga Kesehatan Mental Ibu Hamil Itu Penting?

Stres dan kecemasan yang berlarut-larut dapat menyebabkan berbagai masalah fisik pada Ibu hamil, seperti hipertensi, gangguan tidur, dan peningkatan risiko penyakit jantung. Selain itu, kesehatan mental yang buruk dapat mempengaruhi kemampuan Ibu untuk merawat diri sendiri dan janin. Oleh karena itu, menjaga kesehatan mental membantu Ibu merasa lebih tenang, lebih mampu mengatasi tantangan, dan lebih siap menyambut kelahiran. Kesehatan mental Ibu hamil juga berdampak langsung pada perkembangan janin, penelitian menunjukkan bahwa Ibu yang mengalami stres atau depresi berat cenderung memiliki bayi dengan berat badan lahir rendah, serta berisiko lebih tinggi mengalami masalah perilaku atau gangguan emosional di kemudian hari. Kondisi mental Ibu yang sehat, berkontribusi pada perkembangan fisik dan mental janin yang lebih ideal.

Kesehatan mental Ibu hamil, berhubungan dengan kualitas interaksi Ibu dengan bayi setelah kelahiran. Ibu yang merasa cemas atau tertekan selama kehamilan, mungkin mengalami kesulitan dalam membentuk ikatan emosional dengan bayi setelah kelahiran. Sebaliknya, Ibu yang memiliki kesehatan mental yang baik lebih cenderung merasa terhubung dengan bayi mereka dan dapat memberikan perhatian serta perawatan yang lebih baik. Dukungan keluarga dan sosial, memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan mental Ibu hamil. Masa kehamilan sering kali membawa perubahan fisik, emosional, dan hormonal yang signifikan. Sehingga, Ibu hamil membutuhkan lingkungan yang penuh perhatian dan pengertian. Kehadiran keluarga yang mendukung, baik melalui komunikasi yang terbuka, bantuan dalam aktivitas sehari-hari, maupun pemberian rasa aman, dapat mengurangi stres dan kecemasan yang mungkin dialami. Selain itu, 

dukungan sosial dari teman, komunitas, atau kelompok pendukung sesama Ibu hamil dapat memberikan ruang berbagi pengalaman dan perasaan, yang membantu Ibu merasa tidak sendirian. Dengan adanya dukungan ini, Ibu hamil lebih mampu menghadapi tantangan emosional, menjaga kesehatan mental yang stabil, serta menciptakan kondisi ideal bagi tumbuh kembang bayi dalam kandungan.

Ibu hami, sering kali menghadapi tekanan dari ekspektasi keluarga yang dapat memengaruhi kondisi mentalnya. Harapan terkait jenis kelamin bayi, pola makan, penampilan fisik, hingga cara menjaga kesehatan sering kali menjadi sumber stres jika tidak sesuai dengan kemampuan atau kenyataan yang dialami Ibu. Tekanan ini dapat diperparah jika, keluarga cenderung membandingkan pengalaman kehamilan Ibu dengan orang lain, atau memberikan kritik yang tidak membangun. Akibatnya, Ibu hamil mungkin merasa cemas, tidak percaya diri, atau bahkan bersalah ketika tidak mampu memenuhi ekspektasi tersebut. Oleh karena itu, penting bagi keluarga untuk memahami bahwa setiap kehamilan adalah unik. Dan, dukungan yang penuh empati serta fleksibilitas dalam menghadapi perbedaan, dapat membantu Ibu menjalani kehamilan dengan lebih tenang, dan bahagia. Dalam beberapa kasus, keluarga mungkin secara tidak sadar membebani Ibu hamil dengan standar yang sulit dipenuhi, seperti harus selalu tampak sehat dan bahagia, meskipun Ibu tersebut mungkin sedang menghadapi tantangan fisik atau emosional. Tekanan ini dapat memengaruhi kesejahteraan mental Ibu hamil, membuatnya merasa kurang cukup baik atau bersalah jika tidak memenuhi harapan tersebut. Oleh karena itu, penting bagi keluarga untuk memberikan dukungan yang penuh pengertian, dan mengedepankan kebutuhan serta kenyamanan Ibu hamil, daripada memaksakan ekspektasi yang bisa menambah beban emosional.

Penelitian menunjukkan, bahwa stres kronis memiliki dampak signifikan terhadap risiko kelahiran prematur. Ketika tubuh terpapar stres dalam waktu yang lama, hormon stres seperti kortisol dan adrenalin meningkat secara berlebihan, memicu respons inflamasi yang dapat mempengaruhi kesehatan Ibu dan janin. Proses ini dapat mengganggu fungsi plasenta, dan mempercepat kontraksi Rahim. Sehingga, meningkatkan kemungkinan kelahiran prematur. Faktor-faktor lain seperti tekanan darah tinggi, gangguan tidur, dan kelelahan fisik akibat stres juga berkontribusi terhadap kondisi ini.

Selain dampak fisik, stres kronis juga memengaruhi kesehatan mental Ibu, yang berisiko memperburuk kondisi kehamilan, Ibu hamil yang mengalami tekanan emosional berkepanjangan sering kali kesulitan menjalani pola hidup sehat, seperti menjaga nutrisi atau beristirahat dengan cukup, yang penting untuk perkembangan janin. Karena itu, penting bagi Ibu hamil untuk mendapatkan dukungan dari keluarga, teman, atau profesional kesehatan. Upaya pengelolaan stres, seperti meditasi, konseling, atau aktivitas relaksasi, sangat dianjurkan untuk meminimalkan risiko kelahiran prematur sekaligus menjaga kesejahteraan Ibu dan bayi.
Kesimpulan dari bacaan tersebut adalah, bahwa kesehatan mental Ibu hamil merupakan aspek yang sangat penting dalam kehamilan. Karena, memiliki dampak langsung terhadap kesejahteraan Ibu dan perkembangan janin. Perubahan hormonal, tekanan fisik, ekspektasi sosial, serta stres kronis dapat memengaruhi kesehatan mental Ibu hamil, yang pada akhirnya meningkatkan risiko berbagai komplikasi, seperti kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, hingga gangguan perkembangan pada bayi. Selain itu, kesehatan mental yang buruk dapat menghambat kemampuan Ibu untuk merawat diri sendiri dan membentuk ikatan emosional dengan bayi.

Oleh karena itu, menjaga kesehatan mental Ibu hamil memerlukan dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas, yang berperan penting dalam menciptakan lingkungan yang aman, penuh pengertian, dan bebas dari tekanan yang tidak perlu. 

Langkah-langkah seperti memberikan dukungan emosional, mengelola ekspektasi, serta mendorong Ibu untuk melakukan aktivitas relaksasi atau berkonsultasi dengan profesional kesehatan sangat dianjurkan untuk memastikan Ibu hamil dapat menjalani kehamilan dengan lebih tenang dan bahagia, sekaligus mendukung perkembangan ideal bayi dalam kandungan.