Foto : Foto Bersama Dr. Zalisman, S.Pd., M.Pd.I dengan Para Penguji dan Keluarga Besarnya.
Suaramuda.com - Zalisman, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Kifayah Pekanbaru, berhasil meraih gelar Doktor pada Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Pascasarjana UIN Sultan Syarif Kasim Riau, pada Hari Jumat tanggal 06 September 2024. Dalam disertasinya, doktor muda ini mengkaji pengaruh layanan akademik dan kinerja dosen terhadap kepuasan mahasiswa di tiga Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) Kota Pekanbaru.
Zalisman mengungkapkan bahwa selama penelitiannya, ia menerima berbagai tanggapan dari mahasiswa, baik berupa pujian maupun kritikan, terkait pengalaman mereka memilih PTKIS sebagai tempat menempuh pendidikan tinggi.
Kajian yang dilakukan oleh Dr. Zalisman, S.Pd., M.Pd.I bertujuan untuk menguji data empiris mengenai pengaruh layanan akademik dan kinerja dosen terhadap kepuasan mahasiswa, baik secara terpisah maupun secara simultan. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif dengan metode survei, observasi, dan studi dokumenter untuk mengumpulkan data. Dr. Zalisman melibatkan 80 orang mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam yang diambil dari tiga Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) Kota Pekanbaru sebagai sampel penelitian. Melalui kajian ini, ia berharap dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai bagaimana kualitas layanan akademik dan kinerja dosen memengaruhi tingkat kepuasan mahasiswa, serta mengidentifikasi area yang dapat diperbaiki guna meningkatkan kualitas pendidikan di PTKIS.
Hasil penelitian Dr. Zalisman menunjukkan bahwa layanan akademik dan kinerja dosen memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan mahasiswa. Layanan akademik memiliki koefisien korelasi (r) sebesar 0,53 dengan koefisien determinasi (R²) sebesar 0,28, artinya setiap peningkatan dalam layanan akademik akan meningkatkan kepuasan mahasiswa sebesar 0,47. Kinerja dosen juga berpengaruh positif dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,49 dan R² sebesar 0,24, di mana setiap peningkatan kinerja dosen dapat meningkatkan kepuasan mahasiswa sebesar 0,38. Ketika dianalisis secara bersamaan, kedua faktor tersebut menunjukkan pengaruh positif dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,55 dan R² sebesar 0,31, di mana peningkatan pada kedua variabel ini meningkatkan kepuasan mahasiswa sebesar 0,50. Berkat pemahamannya yang mendalam terhadap topik ini, Zalisman mampu menjawab setiap pertanyaan dari tim penguji dengan lancar, sehingga ia dinyatakan layak dan resmi menyandang gelar Doktor sesuai dengan bidang keahliannya.
Keberhasilan Dr. Zalisman meraih gelar Doktor merupakan pencapaian yang tidak hanya menandai titik tertinggi dalam karier akademisnya, tetapi juga mencerminkan dedikasi dan kerja keras yang tak kenal lelah. Dukungan penuh yang diberikan oleh Ketua Yayasan Kifayatur Akhyar, Dr. Yundri Akhyar, MA, menjadi pilar utama dalam perjalanan akademis Dr. Zalisman. Dalam upaya meraih gelar ini, Zalisman tidak hanya menghadapi tantangan akademis, tetapi juga mengandalkan motivasi dan bimbingan dari Dr. Yundri, yang selalu mendorongnya untuk berjuang lebih keras dalam mencapai impian.
Zalisman lahir di Desa Penyasawan, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, pada 13 Oktober 1987. Pendidikan awalnya dimulai di SDN 036 Penyasawan, yang ia selesaikan pada tahun 2000. Meski berasal dari desa terpencil di Ranah Singkuang, semangat belajarnya tak terbendung. Setelah itu, ia melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Penyasawan, di mana ia harus bekerja sebagai petani karet untuk membantu keluarganya dan mendukung pendidikannya. Di malam hari, Zalisman sering menyadap karet agar bisa tetap melanjutkan sekolah. Meskipun harus menghentikan niatnya untuk masuk Ponpes Teknologi Riau karena ayahnya sakit, Zalisman tidak menyerah. Ia akhirnya mendaftar di SMK PGRI Salo-Bangkinang pada tahun 2003, melanjutkan langkahnya menuju pendidikan yang lebih tinggi dengan semangat juang yang menginspirasi.
Selain itu, dengan kondisi keuangan keluarganya yang terbatas, memaksa Zalisman untuk tinggal terpisah dari orang tua demi melanjutkan pendidikan. Ia meminta izin untuk tinggal di Bangkinang dan bekerja sebagai cleaning service di Kantor Bupati Kampar selama tiga tahun, di bawah kepemimpinan Jefri Noer. Di tengah perjalanan hidupnya, Zalisman mendapatkan dukungan dari H. Bustanul Arifin (H. Ibus), yang mengundangnya untuk tinggal di rumahnya. Selain bekerja sebagai cleaning service, Zalisman juga diberi amanah untuk mengelola toko bangunan milik H. Ibus setelah pulang sekolah. Dengan kerja keras dan gaji yang didapat, Zalisman berusaha membantu biaya pengobatan ayahnya, meskipun kontribusinya terbatas karena biaya sekolah sudah ditanggung oleh H. Ibus dan Bu Irma. Ketekunan dan pengorbanan ini menjadi fondasi bagi kesuksesannya di bidang akademis.
Perjuangan Zalisman dalam menempuh pendidikan menghadapi banyak rintangan, termasuk cemoohan atau buli dari tetangga yang meragukan niatnya untuk kuliah setelah lulus SMK. Namun, berkat tekad yang menggebu, ia berhasil melanjutkan pendidikan S1 di UIN Sultan Syarif Kasim Riau pada tahun 2006, sambil bekerja sebagai penyadap karet, mengajar di Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA), dan mengajarkan Iqro'. Bagi Zalisman, menggabungkan kerja dan kuliah adalah hal yang biasa, dan berkat ketekunan serta disiplin yang tinggi, ia berhasil menyelesaikan studi tepat waktu.
Setelah meraih gelar S1, Zalisman mendapat kepercayaan untuk mengajar di SDM 002 Penyasawan dan Ponpes Al-Hikmah Bangkinang Pulau. Tak berhenti di situ, pada tahun 2014, ia melanjutkan pendidikan S2 di Pascasarjana UIN Sultan Syarif Kasim Riau kampus Sukajadi Pekanbaru. Usai menyelesaikan gelar S2, Zalisman berkiprah di salah satu pondok pesantren tertua di Provinsi Riau, yaitu Ponpes Daarun Nahdhah Thawalib Bangkinang (PPDN-TB). Dengan setiap langkah, Zalisman tak hanya mengukir prestasi, tetapi juga menginspirasi banyak orang di sekitarnya untuk tidak pernah menyerah dalam mengejar cita-cita.
Selain dedikasinya di pondok pesantren, Zalisman juga menorehkan prestasi gemilang di dunia perguruan tinggi, mengajar di Universitas Pahlawan, Universitas Riau, dan UIN Suska Riau sebagai dosen luar biasa hingga saat ini. Sejak tahun 2017, ia telah mengukuhkan dirinya sebagai dosen tetap di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Kifayah Riau, di mana ia dipercaya sebagai Ketua Program Studi PGMI hingga tahun 2018.
Namun, perjalanan Zalisman tidak berhenti di situ. Dengan penuh semangat, ia kembali diamanahkan oleh Ketua Yayasan Kifayatul Akhyar untuk memimpin kampus kebersamaan ini, yang dikenal dengan nama Kampus “Handal-Energik-Berani-Agamis-Tekun” (H.E.B.A.T). Di bawah kepemimpinannya, kampus ini menjadi simbol pengabdian untuk ilmu dan umat, mengajak setiap individu untuk menggenggam cita-cita tinggi dan berkontribusi bagi masyarakat.
Dengan perjuangan yang gigih dan dukungan dari Ketua Yayasan Kifayatur Akhyar, Dr. Yundri, Dr. Zalisman berhasil membawa kampusnya meraih predikat sebagai Kampus dengan Jumlah Mahasiswa Terbanyak di Ajang KOPERTAIS XII Award di Batam. Prestasi ini diraih dalam acara Rapat Koordinasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) se-KOPERTAIS XII, yang mencakup Wilayah Riau dan Kepulauan Riau. Keberhasilan ini tidak hanya mencerminkan komitmen Dr. Zalisman terhadap pendidikan, tetapi juga menunjukkan dedikasi seluruh civitas akademika dalam menciptakan lingkungan belajar yang unggul dan inspiratif.
Kini, setelah menyandang gelar Doktor dan dengan semangat juang yang membara, Zalisman terus berkreativitas dan berinovasi untuk menjadikan STAI Al-Kifayah Pekanbaru sebagai kampus pilihan utama bagi calon mahasiswa baru. Perjuangannya yang tak kenal lelah patut dijadikan teladan bagi generasi muda, membuktikan bahwa dengan tekad dan kerja keras, setiap impian dapat terwujud.
Dalam sebuah bincang-bincang yang mengharukan dengan suaramuda.com, Dr. Zalisman, S.Pd., M.Pd.I, menyampaikan dengan suara lirih, "Mengapa sukses ini tidak datang kemarin, saat Ayah saya masih hidup? Namun, saya bersyukur karena kesuksesan ini hadir saat saya hanya bisa berbangga kepada Ibu, istri, dan anak-anak saya." Dengan hati yang penuh emosi, ia melanjutkan, "Ayah, anakmu yang dulunya dibuli oleh tetangga tidak akan pernah berhasil dalam pendidikan, kini aku telah menunjukkan kepada mereka bahwa kita bisa, Ayah. Kita bisa meraih sukses berkat niat tulus yang kita panjatkan kepada Allah SWT, niat Ibu dan Ayah, meskipun Ayah kini telah bersama-Nya di surga. Terima kasih, Ayah, atas segala jerih payahmu selama ini."
Dr. Zalisman patut berbangga, karena saat ini semua perhatian tertuju padanya. Ia akan menjadi panutan bagi jutaan anak muda yang bermimpi untuk meraih kemajuan. Dalam wawancaranya dengan suaramuda.com, ia menyampaikan bahwa siapa pun yang ingin mengikuti jejaknya akan menemukan inspirasi dalam setiap langkah yang diambilnya. (Sadarman/Rilis).